Bandar Udara Internasional Ngurah Rai
Bandar Udara Internasional Ngurah Raia Ngurah Rai International Airport (NRIA) | |||
---|---|---|---|
Ikhtisar | |||
Jenis bandara | Publik | ||
Pemilik | Pemerintah Indonesia | ||
Pengelola | PT Angkasa Pura I | ||
Melayani | Denpasar | ||
Lokasi | Denpasar, Bali, Indonesia | ||
Penghubunguntuk | |||
Ketinggian DPML | 14 ft / 4 m | ||
Koordinat | 8°44′53″LU 115°10′3″BTKoordinat: 8°44′53″LU 115°10′3″BT | ||
Situs web | |||
Landas pacu | |||
Arah | Panjang | Permukaan | |
ft | m | ||
09/27 | 9.842 | 3.000 | Aspal |
Statistik (2011) | |||
Penumpang | 12,780,563 | ||
Pergerakan pesawat | 103,846 | ||
Pergerakan kargo | 62,149,896
Bandar Udara Internasional Ngurah Rai adalah bandar udara internasional yang terletak di sebelah selatan Bali, Indonesia, tepatnya di daerah Tuban, Kuta, sekitar 13 km dari Denpasar. Kode IATA-nya adalah DPS, sedangkan Kode ICAO-nya WADD (dahulu WRRR). Bandara Ngurah Rai merupakan bandara tersibuk ketiga di Indonesia, setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta dan Bandara Internasional Juanda di Surabaya
|
Bandar Udara Ngurah Rai dibangun tahun 1930 oleh Departement Voor Verkeer en Waterstaats (semacam Departemen Pekerjaan Umum). Landas pacu berupa airstrip sepanjang 700 M dari rumput di tengah ladang dan pekuburan di desa Tuban. Karena lokasinya berada di Desa Tuban, masyarakat sekitar menamakan airstrip ini sebagai Pelabuhan udara Tuban.[1] Tahun 1935 sudah dilengkapi dengan peralatan telegraph dan KNILM (Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaar Maatschappij) atau Royal Netherlands Indies Airways mendarat secara rutin di South Bali, yang merupakan nama lain dari Pelabuhan Udara Tuban.
Tahun 1942 Airstip South Bali dibom oleh Tentara Jepang, yang kemudian dikuasai untuk tempat mendaratkan pesawat tempur dan pesawat angkut mereka. Airstrip yang rusak akibat pengeboman diperbaiki oleh Tentara Jepang dengan menggunakan Pear Still Plate (sistem plat baja).
Lima tahun berikutnya 1942-1947, airstrip mengalami perubahan. Panjang landas pacu menjadi 1200 meter dari semula 700 meter. Tahun 1949 dibangun gedung terminal dan menara pengawas penerbangan sederhana yang terbuat dari kayu. Komunikasi penerbangan menggunakan transceiver kode morse.[1]
Untuk meningkatkan kepariwisataan Bali, Pemerintah Indonesia kembali membangun gedung terminal internasional dan perpanjangan landas pacu kea rah barat yang semula 1200 meter menjadi 2700 meter dengan overrun 2 x 100 meter. Proyek yang berlangsung dari tahun 1963-1969 diberi nama Proyek Airport Tuban dan sekaligus sebagai persiapan internasionalisasi Pelabuhan Udara Tuban.
Proses reklamasi pantai sejauh 1500 meter dilakukan dengan mengambil material batu kapur yang berasal dari Ungasan dan batu kali serta pasir dari Sungai Antosari – Tabanan.
Seiring selesainya temporary terminal dan runway pada Proyek Airport Tuban, pemerintah meresmikan pelayanan penerbangan internasional di Pelabuhan Udara Tuban, tanggal 10 Agustus 1966.[1]
Penyelesaian Pengembangan Pelabuhan Udara Tuban ditandai dengan peresmian oleh Presiden Soeharto pada tanggal 1 Agustus 1969, yang sekaligus menjadi momen perubahan nama dari Pelabuhan Udara Tuban menjadi Pelabuhan Udara Internasional Ngurah Rai (Bali International Airport Ngurah Rai).
Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang dan kargo, maka pada tahun 1975 sampai dengan 1978 Pemerintah Indonesia kembali membangun fasilitas-fasilitas penerbangan, antara lain dengan membangun terminal internasional baru. Gedung terminal lama selanjutnya dialihfungsikan menjadi terminal domestik, sedangkan terminal domestik yang lama digunakan sebagai gedung kargo, usaha jasa katering, dan gedung serba guna.[1]
Pengembangan fasilitas Bandara dan Keselamatan Penerbangan (FBUKP) Tahap I
Proyek FBUKP tahap I (1990 – 1992) meliputi Perluasan Terminal yang dilengkapi dengan garbarata (aviobridge), perpanjangan landas pacu menjadi 3000 meter, relokasi taxiway, perluasan apron, renovasi dan perluasan gedung terminal, perluasan pelataran parkir kendaraan, pengembangan gedung kargo, gedung operasi serta pengembangan fasilitas navigasi udara dan fasilitas catu bahan bakar pesawat udara.[1]
Pengembangan fasilitas Bandara dan Keselamatan Penerbangan (FBUKP) Tahap II
Proyek FBUKP tahap II (1998-2000), pengembangan bandara dikerjakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, antara lain dengan memanfaatkan hutan bakau seluas 12 Ha untuk digunakan sebagai fasilitas keselamatan penerbangan.[1]
Pengembangan fasilitas Bandara dan Keselamatan Penerbangan (FBUKP) Tahap III
Rencana Proyek FBUKP tahap III meliputi Pengembangan Gedung Terminal, Gedung Parkir, dan Apron. Luas terminal domestik saat ini hanya akan dikembangkan hingga total luasnya mencapai 12.000 m yang nantinya akan digunakan sebagai terminal internasional. Adapun eksisting terminal internasional akan dialihfungsikan menjadi terminal domestik. Dengan kondisi tersebut, Bandara Ngurah Rai akan mampu menampung hingga 25 juta penumpang.[1]
Biaya pelayanan penumpang
- Biaya pelayanan penumpang domestik: Rp75.000,-
- Biaya pelayanan penumpang internasional: Rp250.000,-
Biaya pelayanan penumpang atau biaya PJP2U (Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara)/PSC (Passenger Service Charge) adalah biaya-biaya yang dibayarkan oleh penumpang pesawat tersebut akan dikembalikan berupa jasa bandar udara, seperti pelayanan toilet, AC, dll yang ada di dalam terminal bandar udara, dan juga asuransi bagi penumpang pesawat saat masih di dalam terminal bandar udara.
Terminal Penumpang
Bandara ini memiliki satu terminal domestik dan satu terminal internasional.
Terminal Domestik
Saat ini, terminal domestik sedang mengalami renovasi. Terminal domestik nantinya akan menempati area terminal internasional lama. Untuk sementara ini, terminal domestik keberangkatan berada di lantai 1 area terminal internasional, sedangkan terminal domestik kedatangan berada di area terminal internasional lama. Terminal domestik keberangkatan sementara ini memiliki 6 gerbang, gerbang 15, 16, 17, 18, 19, dan 20. Terminal domestik kedatangan memiliki 4 pengambilan bagasi
Terminal Internasional
Terminal internasional sudah selesai direnovasi. Untuk keberangkatan berada di lantai 3 dan kedatangan ada di lantai 1. Terminal internasional keberangkatan memiliki 12 gerbang. Akan tetapi 2 gerbang (11 dan 12) masih digunakan untuk keberangkatan domestik sementara karena berada di lantai 1. Gerbang 1A, 1B, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9A, dan 9B berada di lantai 3 dan gerbang 10 ada di lantai 1. Untuk gerbang keberangkatan internasional difasilitasi garbarata (aviobridge). Terminal internasional kedatangan memiliki 7 pengambilan bagasi. Akan tetapi hanya 6 yang bisa digunakan karena 1 pengambilan bagasi ada di area keberangkatan domestik sementara.[2] Terdapat pula fasilitas Visa on Arrival (VOA) dan imigrasi serta bea cukai (custom) di area kedatangan internasional.
0 komentar:
Posting Komentar