Wisata Jawa Timur – Gunung Bromo
Berdiri kokoh setinggi 2.329 meter di atas permukaan laut, Gunung Bromo menyimpan keindahan alam yang sayang untuk Anda lewatkan. Gunung berapi yang masih aktif ini secara administratif berada di empat wilayah kabupaten di Jawa Timur, antara lain Kabupaten Malang, Pasuruan, Lumajang dan Probolinggo. Hal ini memudahkan wisatawan untuk datang dari arah mana saja.
Gunung yang namanya berasal dari nama dewa dalam ajaran agama Hindu, Dewa Brahma, ini merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan telah menjadi tempat wisata paling terkenal di provinsi Jawa Timur. Taman nasional seluas 800 km persegi ini melingkupi kawasan Gunung Bromo dan Gunung Semeru.
Apa saja yang bisa dilakukan di Gunung Bromo?
Gunung ini terkenal dengan pemandangan matahari terbitnya yang indah. Untuk bisa menyaksikan fenomena ini, Anda harus naik ke Puncak Penanjakan yang merupakan lokasi terbaik untuk dapat melihat matahari terbit.
Katakan pada pemilik penginapan pada malam sebelumnya bahwa Anda ingin menyaksikan matahari terbit. Keesokan harinya sekitar jam 2 dini hari, Anda akan dibangunkan untuk persiapan mendaki. Rasa lelah karena mendaki akan terbayar lunas dengan pemandangan matahari terbit yang luar biasa. Saat matahari perlahan merangkak naik, susasana akan sangat tenang dan hanya terdengar bunyi jepretan kamera wisatawan.
Gunung Bromo memiliki kawah dengan panjang diameter sekitar 800 meter dari utara ke selatan dan 600 meter dari barat ke timur. Dengan kandungan belerang yang ada di kawah, tak mengherankan jika bau belerang cukup tajam tercium saat Anda berada berdiri di tepiannya. Untuk dapat menikmati keindahan kawah ini, Anda harus menaiki 250 anak tangga terlebih dahulu. Jika ini terdengar melelahkan, tersedia kuda-kuda milik warga sekitar yang bisa Anda sewa.
Suhu udara di Gunung Bromo berkisar antara 3-20 derajat Celcius, bahkan bisa mencapai suhu minus 0 derajat Celcius. Untuk itu, siapkan pakaian hangat, sarung tangan, syal dan penutup kepala. Jika Anda lupa membawa perlengakapan tersebut, tak usah khawatir karena Anda bisa menemukan pedagang di sekitar lokasi.
Apa yang menarik dari Gunung Bromo
Jika Anda belum menemukan alasan yang kuat untuk mengunjungi Gunung Bromo, maka silakan simak beberapa hal menarik seputar gunung ini terlebih dahulu.
Suku Tengger
Suku Tengger merupakan suku asli yang mendiami daerah sekitar Gunung Bromo. Suku ini identik dengan penampilannya yang suka mengikat kain sarung di leher atau menggantungkannya di pundak. Suku Tengger sebagian besar menganut Hindu.
Nama Tengger berasal dari nama pasangan Roro Anteng dan Joko Seger yang merupakan nenek moyang atau leluhur yang pertama kali mendirikan pemukiman di sini. Disebutkan pula bahwa suku Tengger merupakan keturunan dari masa kerajaan Majapahit. Dikarenakan kondisi kerajaan pada saat itu semakin terdesak oleh pengaruh Islam, penduduk berlarian ke Gunung Bromo dan ke Bali. Hal inilah yang membuat keduanya memiliki kepercayaan yang sama.
Upacara Yadnya Kasada atau Kasodo
Upacara ini merupakan bagian dari tradisi Suku Tengger. Kasodo biasa dilaksanakan pada hari ke-14 di bulan kesepuluh penanggalan Jawa Hindu Tengger. Upacara di mulai dari Pura Luhur Poten yang berada di kaki Gunung Bromo. Selanjutnya, suku Tengger akan berjalan menuju kawah untuk melemparkan sesaji yang terlah disiapkan. Sesaji umumnya berupa hasil pertanian dan perkebunan juga ayam yang masih hidup.
Asal dari upacara ini tak lepas dari kisah Joko Seger dan Roro Anteng. Pasangan ini telah lama menikah dan belum dikaruniai anak. Setelah memohon pada dewa, akhirnya Roro Anteng bisa mengandung, namun dengan syarat bahwa anak bungsu harus dikorbankan dengan cara melemparkannya ke kawah sebagai persembahan.
Singkat cerita, pasangan Joko Seger dan Roro Anteng memiliki 25 anak. Karena nalurinya sebagai orang tua, keduanya menolak mengorbankan anak bungsunya. Sampai kemudian dewa marah dan membuat jilatan api besar keluar dari kawah. Penduduk berlarian menyelamatkan diri, namun anak bungsu pasangan ini tak dapat ditemukan.
Setelah menghilangnya sang anak, tiba-tiba terdengar suara ghaib yang mengatakan bahwa setiap tahunnya suku Tengger harus melaksanakan upacara persembahan di kawah Gunung Bromo. Hal inilah yang menjadi asal mula Upacara Kasodo.
Pasir Berbisik
Pasir Berbisik merupakan lautan pasir yang berada di atas ketinggian. Lautan pasir ini terbentang 10 km dan berada tak jauh dari tangga menuju kawah Gunung Bromo. Penduduk setempat menyebutnya sebagai Segara Wedi. Nama Pasir Berbisik adalah nama yang diberikan karena tempat ini pernah menjadi lokasi syuting film dengan judul yang sama. Selain itu, saat angin berhembus, pasir akan berterbangan dan menimbulkan bunyi lirih seperti suara orang yang sedang berbisik.
Untuk dapat menikmati keindahan Pasir Berbisik ini, Anda bisa berjalan kaki menyusuri butiran pasirnya atau dengan menyewa kuda yang telah siap sekitar lokasi. Jangan lupa memakai masker penutup mulut dan kacamata lebar. Hal ini dikarenakan pasir yang berterbangan tertiup angin bisa mengganggu kenyamanan Anda.
Bukit Teletubbies
Anda pernah mendengar kata Teletubbies? Mungkin pikiran Anda langsung tertuju pada serial televisi anak ini pernah sangat populer di Indonesia. Di setiap tayangannya, terdapat adegan yang mengambil lokasi di sebuah perbukitan hijau dan indah. Bukit itulah yang menginspirasi pemberian nama pada perbukitan yang berada tak jauh dari Gunung Bromo ini.
Bukit Teletubbies sebenarnya merupakan padang rumput dan perbukitan berada di sebelah selatan dari Gunung Bromo. Bentuknya yang menyerupai sebuah kubah raksasa akan mengingatkan Anda pada serial Teletubbies.
Bagaimana? Apakah sudah menemukan alasan untuk berkunjung ke tempat wisata ini? Ingat, jelajahi keindahan negeri sendiri dan lihatlah, Indonesia tak kalah menarik dibanding negara lain.
Wisata Jawa Timur – Gunung
Semeru
Gunung Semeru masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Dengan luas 50.273 hektar, taman nasional ini juga menjadi lokasi berdirinya gunung-gunung lainnya seperti Gunung Bromo, Gunung Batok dan Gunung Widodaren. Namun di antara semua gunung ini, Gunung Semeru lah yang paling menjulang dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut.
Gunung Semeru merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di Indonesia. Menurut catatan, setiap 20 menit sekali gunung ini mengeluarkan kepulan asap yang biasa disebut dengan ‘wedhus gembel’ dalam bahasa setempat. Selain asap, gunung juga mengeluarkan material lain seperti pasir dan batu kerikil.
Gunung Semeru dengan puncaknya yang bernama Mahameru sangatlah populer di kalangan para pendaki. Gunung ini seolah menjadi sebuah magnet yang terus menarik perhatian para pendaki untuk datang dan menaklukan ketinggiannya.
Pendaki pertama yang berhasil menginjakkan kakinya di puncak ini adalah Clignet, seorang berkebangsaan Belanda (1838), kemudian disusul oleh Van Gogh (1911) dan Junhuhn (1945). Setelahnya, pendaki dari luar dan dalam negeri terus berdatangan dan melakukan pendakian.
Selain menjadi lokasi pendakian, Gunung Semeru juga menjadi sebuah tempat wisata. Berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, gunung ini juga kaya akan vegetasi dan menjadi habitat bagi banyak jenis fauna. Sepanjang perjalanan mendaki, di titik-titik tertentu Anda bisa menemukan bunga edelweiss dan anggrek endemik Semeru.
Oleh masyarakat Hindu di Bali, Gunung Semeru dianggap sebagai Bapak Gunung dan tempat bersemayamnya Dewa Shiwa. Hal ini pula yang menyebabkan diadakannya upacara sesaji sebagai penghormatan pada Dewa Shiwa dan permohonan doa keselamatan juga keberkahan bagi masyarakat sekitar.
Rute pendakian
Untuk mendaki Gunung Semeru, Anda perlu menyiapkan fisik dengan baik karena perjalanan ke puncak Mahameru bukanlah hal mudah. Pastikan Anda membawa perlengkapan mendaki dan tinggalkan barang-barang yang tak dibutuhkan agar tidak membebani Anda. Berikut rute pendakian yang bisa Anda ambil untuk mencapai puncak Mahameru:
Ranupane – Ranu Kumbolo
Perjalanan Anda akan dimulai dari Ranupane menuju Ranu Kumbolo melalui Watu Rejeng. Anda bisa menyewa tenaga pemandu atau berjalan mengikuti jalan setapak menuju Ranu Kumbolo. Perjalanan akan memakan waktu sekitar 3 jam.
Ranu Kumbolo – Kalimati
Perjalanan dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati akan sangat memanjakan mata Anda. Perjalanan sekitar 3 jam ini menyuguhkan pemandangan luar biasa cantik, hamparan padang rumput dan bunga-bunga. Meninggalkan Ranu Kumbolo, jangan lupa untuk mengisi botol minum karena setelah ini Anda tidak menemukan sumber air lagi.
Sampai di Kalimati, Anda bisa mendirikan tenda untuk bermalam. Pemandangan pada malam hari pun tak kalah cantik, rebahkan tubuh dan nikmati gugusan bintang yang luar biasa cantik.
Kalimati – Mahameru
Inilah sesi terakhir dari perjalanan menuju puncak Mahameru. Dari Kalimati, berangkatlah sekitar jam 2 pagi agar bisa menyaksikan pemandangan matahari terbit yang luar biasa cantik.
Suhu udara di Mahameru berkisar antara 10-4 derajat Celcius, bahkan bisa mencapai minus pada saat kemarau dan tak jarang bisa ditemui kristal es. Kabut biasa datang pada siang, sore dan malam hari. Selain itu juga seringkali terjadi badai angin antara bulan Januari – Desember.
Legenda Gunung Semeru
Gunung Semeru menjadi gunung yang penting dalam ajaran agama Hindu. Menurut kitab Tantu Pagelaran,Gunung Semeru pada awalnya berada di India dengan nama Gunung Meru yang kemudian dipindahkan ke Pulau Jawa.
Pulau Jawa dikisahkan sebagai sebuah pulau yang terombang-ambing di tengah lautan. Melihat keadaan Pulau Jawa, para dewa pun merasa harus melakukan sesuatu. Akhirnya diputuskanlah untuk memindahkan Gunung Meru dan dijadikan sebagai pasak atau paku agar Pulau Jawa tidak berguncang.
Dalam upaya memindahkan gunung ini, Dewa Shiwa pun menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa yang memikul Gunung Meru dan berenang menuju Pulau Jawa, sedangkan Dewa Brahma menjelma menjadi seekor ular yang melilitkan tubuhnya ke gunung dan punggung kura-kura.
Sampai di ujung barat pulau, kedua dewa pun meletakkan gunung di sana, namun hal ini membuat ujung timur pulau terangkat karena beban berat di bagian barat. Akhirnya, gunung pun dipindahkan ke ujung timur. Saat memindahkan, serpihan gunung tercecer sepanjang perjalanan sehingga terciptalah jajaran gunung dari barat ke timur Pulau Jawa sampai saat ini.
Setelah Gunung Meru diletakkan, Pulau Jawa masih tak bisa sejajar, sehingga diputuskan untuk memotong sebagian dari Gunung Meru dan diletakkan di bagian barat laut Pulau Jawa. Potongan inilah yang kemudian dipercaya sebagai Gunung Pananggungan.
0 komentar:
Posting Komentar